Kamis, 25 April 2013

Short Story 3 - This is Our Story

My third short story is ready !! Enjoy reading bloggies :)

This is Our Story

“Tok . .tok . .tok” suara ketukan pintu yang sangat kencang membuat bapak dosen yang lagi menjelasakan dengan semangat’45 menjadi kaget. “ Udah tau telat, bikin kaget saja kamu” , “Maaf pak, tadi jalanan macet”. Kali ini Kinaya terpaksa duduk di depan gara-gara macet yang membuatnya terlambat dan dia harus merelakan diberikan ceramah oleh dosen karena kesalahannya sendiri. Kinaya Cuma tertunduk, menahan malu ditegur didepan semua teman2nya dan beharap hari ini tetap  ada kebahagiaan lainya. “Stt. . . kok bisa telat”, Ray mencolek bahunya. Tapi kinaya tidak menjawab mendadak ia menjadi badmood hanya mengumpat dalam hati atas kejadian pagi ini.

                                                                              ***

Kinaya menatap artikel-artikel dan pengumuman yang diletakkan amburadul di mading kampus. Dia enggan untuk meninggalakn kampus meskipun kelas berikutnya masih 2 jam lagi. Kinaya saat ini tercatat sebagai mahasiswi semester 6 di Universita Harapan Bangsa tak terasa sebentar lagi ia akan menyelesaikan studynya dikampus. Ketika ia sedang membaca mading, mata Kinaya tertuju pada Ray temen sekelasnya yang kayaknya lagi bersama seorang cewek yang tidak lain adalah mantan pacarnya, Bunga. Bunga terlihat merengek-rengek pada Ray. Namun Ray tidak mengubrisnya dia hanya terdiam dan melangkah pergi meninggalkan Bunga. Kinaya pun mendekati Bunga yang kelihatan begitu sedih, “Bunga, kamu kenapa”, kata Kinaya. “ Aku masih sayang banget sama Ray, aku gak terima dia mutusin aku. Dia gak berhak gituin aku. Kinaya tidak membalas dia hanya merangkul bunga, Kinaya tidak mau terlibat terlalu jauh ama masalah temennya itu. “Ya udah, Bunga aku duluan ya” , Kinaya beranjak dari tempat duduknya. Bunga hanya menganguk. Kinaya menyusuri koridor kampus, awalnya ia ingin ke perpustakaan aja, namun tiba-tiba ia bertemu dengan Ray. “ Hei !”, Ray menyentuh pundaknya. “Hei, Ray, mau kemana ?” , “Gak tau mau kemana, kuliah selanjutnya masih lama. Kamu mau ke perpus ?” “Iya. Eh si bunga kenapa ? dia keliatan sedih banget tadi aku lihat”, kata Kinaya ingin tahu. Ray tidak segera menjawab dia malah duduk dibangku yang disediakan sepanjang koridor. “ Yaa, aku gak bermaksud campur tangan sih, cuma kasihan aja liat si Bunga tadi”, kata kinaya asal. “ Gak apa-apa biasalah dia pengen balikan lagi sama aku, tapi aku rasa dia gak cukup baik untuk aku. “Oh. . .”, ucap kinaya menghindari dirinya bertanya lebih lanjut, takut Ray malah jadi kesel. “Kamu udah ngerjain tugas gak ? Ke perpus yuk cari referensi”, Kinaya mencoba mengalihkan topik. “ Tugas ? Emang ada ? Waduh aku gak tau nih, yuk kita kerjain bareng”, sepertinya Ray kembali bersemangat. Mereka berdua pun berjalan menuju perpustakaan, tanpa sadar ada sosok yang menatap mereka dengan penuh rasa kebencian. 

Gak tau kenapa semenjak Ray putus dengan Bunga 3 bulan yang lalu, Ray menjadi sangat asik untuk diajak ngobrol khususnya untuk Kinaya. Ia dan Ray menjadi akrab satu sama lain, mereka pun terlihat sering bersama. Dulu sih mereka gak terlalu akrab meskipun mereka sekelas. Tapi ada yang berubah aja setelah mereka putus. Kini Ray lebih ceria, easy going, lebih ramah. Semua teman kelas kami menyadari hal yang sama. Entah apa yang salah dengan hubungan Ray dan Bunga sebelumnya, Ray gak seperti ini. “ Naya hari ini jalan yuk. Udah gak ada kelas kan kita ?” , Ray menghampiri Kinaya yang masih sibuk dengan buku-bukunya. “ Jalan kemana ? aku agak malas nih. Masih ada yang ingin aku selesain dulu sih “, kata kinaya sambil membereskan buku-bukunya. “ Oh gitu, gak papalah. Lain kali boleh. Mau aku anterin pulang gak ? “ katanya sambil menatap kinaya. “ Aduh, gak usah deh Ray. Bikin repot aja, aku kan pulang bareng Diana ntar “ ujar Kinaya geli melihat tingkah Ray yang gak biasanya. Ray mengerti ia pun segera pamit untuk pulang duluan. “Ada apa sih sama Ray ini, kok dia jadi baik banget ya sama akuKinaya mencoba menerka-nerka apa maksud tindakan Ray, namun ia tidak menemukan jawabannya. 

                                                                           ***

Sudah beberapa bulan ini Ray dan Kinaya menjadi begitu akrab. Akrab seperti bukan teman biasa. Teman-teman mereka pun mulai curiga dengan kedekatan mereka. Mereka pun biasa menggangu Kinaya dan Ray, “Ciee TTM yaa . . .” ato “ ehemm pacaran aja cocok kok”. Kinaya hanya tertawa jika mendengar perkataan teman-temannya. Namun sikap Ray berbeda ia seperti mengharapkan sesuatu. “ Kinaya, aku mau ngomong bentar boleh”, Ray mendekati Kinaya yang tampak lagi sibuk membaca sendirian. “ Tentu Ray. Mau ngomong apa “, Kinaya masih asik dengan bukunya. Ray belum menjawab, Ia seperti masih ragu-ragu. “ Naya, aku sayang sama kamu”, kata Ray mantap. Naya langsung menatap Ray, Ia tercengang. Tidak ada jawaban muncul dari mulut Kinaya. Ia betul-betul tidak menyangka bahwa Ray akan berkata seperti itu.
“Naya, maafin aku. Aku gak dapat menahan perasaaan ini. Setiap kali aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukan cinta, perasaan itu semakin bertumbuh besar”
“Ray ? Apa maksud kamu ? Kamu mau aduh domba aku dengan Bunga ? kamu gak tau dia masih ngarep sama kamu ?
“ Nay, dengar dulu. Aku dan Bunga udah lama putus. Aku berhak untuk mencintai lagi. Dia mungkin masih mencintaiku namun aku udah gak bisa. Aku udah mencoba bertahan selama 2 tahun Nay ! tapi gak bisa.
“ Bertahan maksud kamu ? “
“ kamu bisa bayangin kalo pasangan kamu terlalu mencampuri urusan pribadimu, over protective, selalu menyuruh-nyuruh seakan aku ini pembantunya ? aku capek Nay, sangat capek. Aku sudah berusaha untuk mengerti bunga namun dia tidak mau mengerti aku. Apa hubungan itu akan berhasil ??”



"Tapi kenapa baru sekarang Ray, ? Selama ini aku anggap kamu sebagai saudara aku karena kita sekelas. Baru beberapa bulan ini sikap kamu berubah seperti ini. aku gak habis pikir Ray"

"Aku . . aku . . gak bisa jelasin sekarang Nay "

 Kinaya terdiam. Meskipun ia juga sudah merasakan benih-benih cinta itu muncul dalam hatinya, namun ia belum sepenuhnya yakin pada Ray. Ditambah dengan Bunga yang masih sangat mengharapkan Ray kembali padaNya. Kinaya tidak sanggup memikir semuanya. Kinaya menatap Ray. “ Yakinkan aku Ray. “ hanya itu yang terucap  dari mulutnya. Ia lalu meninggalkan Ray yang masih belum merima kepastian dari Kinaya. 

                                                                      ***

Kinaya membolak-balik buku yang ia baca. Ia tak dapat berkonsentrasi untuk membaca, karena masih kepikiran dengan kejadian tempo hari saat Ray menyatakan cinta padanya. Ia masih sering bertemu Ray namun ia belum memberikan jawabannya. Ia masih belum yakin pada Ray dan terlebih belum yakin pada dirinya sendiri. Tiba – tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang. “Naya aku pengen ngomong sama kamu” Bunga menghampirinya dengan nada tinggi. Kinaya terkejut dengan kehadiran Bunga, apalagi ditambah sepertinya dia marah besar.
“ Kamu kok gitu banget sama aku Nay, kamu enggak punya perasaan ya ? “
“ Maksud kamu ? Sumpah aku gak ngerti Bunga “
“ Aku dengar kamu jadian ama Ray. Kamu kan tahu, aku masih sayang banget ama  dia. Aku lagi berusaha untuk memperbaiki hubungan kami. Tapi kok kamu ngambil kesempatan sih. Aku gak nyangka Nay “
“ Tunggu . . .tunggu siapa yang bilang ke kamu kalo aku jadian ama Ray ?”
“ Semua temen-temen kelas kamu bilang gitu. Aku juga sering liat kok kalian berduaan. Kamu gak boleh lakuin itu ke aku. Ray itu milik aku titik ! “
“ Tapi aku gak pacaran sama Ray, Bunga”
“mungkin sekarang enggak tapi nanti ? Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus jauhin Ray !”
Bunga mendorong kinaya lalu pergi meninggalkan dia. Kinaya gak bisa berbuat apa-apa. Inilah yang ia takutkan kalo dekat apalgi pacaran dengan Ray, pasti akan buat Bunga sakit hati. Meskipun sebenarnya Bunga yang sering nyakitin perasaan Ray. Kinaya bergegas mencari Ray, dia harus menyelesaikan semuanya meski ia tahu bahwa ia sebetulnya membohongi perasaannya.

                                                                              ***

Lama kinaya menunggu Ray di kantin kampus, ia ingin membicarakan hal yang ia alami tadi siang. Kinaya pikir mereka harus secepatnya mencari solusi akan masalah ini. “ Naya, udah lama nunggu ya ? Sorry tadi aku masih ada tugas buat dikerjain” kata Ray seraya duduk didepan Kinaya. “ Tidak apa-apa kok. Ray aku mau ngomonng serius ama kamu” kinaya memulai pembicaraan. “ akhrinya dijawab juga” Ray memasang senyum indahnya yang membuat Kinaya sebetulnya jatuh cinta kepadanya. “ Ray ! aku pengen kita gak usah sama-sama lagi, kita temen biasa aja, ato sekalian aja anggap kamu gak pernah kenal ama aku “ ucapnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Terang saja, Ray kaget dengan perkataan Kinaya itu, bagaimana tidak wanita yang ia sayangi berkata seperti itu. “ Kenapa Nay ? aku buat salah apa ke kamu ? Oh aku tahu pasti ini ada sangkut pautnya dengan Bunga, iya kan ? Biar aku yang ngomong ama dia, “ Ray bersiap untuk pergi, namun Kinaya menahannya. “ Ray, ini bukan soal Bunga, hanya . . hanya “ Kinaya terbata-bata. “ Hanya apa Nay ? Aku gak cukup baik buat kamu ? Gak usah bohong deh Nay, ini soal Bunga, aku tahu itu. Pasti dia nyamperin kamu, karena dengar gosip kalo kita pacaran, padahal sebenarnya gak. Please Naya, jangan terpengaruh ama situasi seperti ini. Aku tulus sayang ama kamu Kinaya “ Ray memandang Naya dengan penuh ketulusan. Hati Kinaya terenyuh, belum pernah ia melihat Ray berbicara sungguh-sungguh seperti ini. Hati Kinaya gak menentu, kepalanya serasa mau pecah memikirkan semua ini. “ Tapi aku gak akan maksa kamu Kinaya, kalau memang kamu gak ngerasain hal yang sama seperti yang kurasakan, gak apa-apa. Aku hormatin itu, lagipula perasaan gak bisa dipaksain. Tapi yang harus kamu tahu Naya, aku sudah lama menunggumu dan tak tahu sampai kapan aku harus menunggumu” Ray bersiap untuk beranjak dari tempat itu, karena ia tahu Kinaya pasti akan menolaknya. Kinaya berpikir sejenak, dia mau mencoba untuk memberi kesempatan kepada Ray untuk mengisi ruang hatinya yang kosong, meskipun bayangan Bunga selalu menghiasi kepalanya. Toh, ia juga sangat mencintai Ray hanya ia takut melukai perasaan Bunga. “ Ray ! Aku sayang sama kamu ! “ ucap Kinaya sambil memegang tangan Ray yang akan beranjak pergi. “Aku gak tau apa yang kurasain saat ini, tapi yang pasti kalo kamu gak ada semuanya terasa sepi. Dan sekarang aku rasa aku butuh kamu Ray”, mata Kinaya mulai berkaca-kaca. Tak ada jawaban dari mulut Ray, segera ia memeluk Kinaya. Pelukan Ray yang hangat dan penuh kasih sayang, membuat Kinaya bersyukur ia bisa dipertemukan dengan Ray. “aku akan menjagamu, Nay” bisik Ray. 

“beri sedikit waktumu biar cinta datang karna telah terbiasa”
 
                                                                             ***

Tak terasa udah setahun Kinaya dan Ray berpacaran. Mereka berdua juga lagi sibuk-sibuknya nyusun skripsi. Banyak moment indah dan menyenangkan yang udah mereka lalui bersama. Namun, dibalik itu semua, sebenarnya Kinaya merasa tersiksa oleh perlakuan Bungan yang gak pernah berhenti menghantui hidupnya, ada-ada aja yang ia lakuin buat ngejauhin Kinaya dan Ray. Namun Kinaya masih sanggup bertahan, ia gak mau kalah oleh keadaan yang seperti itu. Ia gak pernah mau cerita kepada Ray tentang apa yang dilakukan Bunga padanya. Segala perlakukan kasar Bunga, caci makinya, gak ia gubris sama sekali. Yang Ia tahu, ia harus bertahan untuk Ray. Tapi kesabaran Kinaya ada batasnya juga. Hari ini Bunga kembali bereaksi ia sengaja ngambil kelas yang sama dengan Ray dan Kinaya agar bisa mempermalukan Kinaya didepan semua teman kelasnya. Kelas masih riuh karena dosen belum masuk , situasi ini dimanfaatkan oleh Bunga. “Teman-teman tahu gak ?” Bunga sengaja berbicara kencang. “ Disini ada cewek murahan. Katanya sih dia paling pintar dikelas tapi ternyata dia juga paling jago rebut pacar orang”. Semua orang dikelas itu tertawa. Kinaya tahu pasti Bunga hendak mengejeknya lagi. Namun ia tidak mengubris perkataan bunga, ia terus membaca bukunya. “Cewek murahan seperti itu gak cocok kuliah ditempat ini, dia harusnya di kampung aja. Dia gak pantes kuliah disini. Betul begitu Kinaya Adinda Putri ? ” Bunga menatap tajam kearah Kinaya. Kelas semakin riuh mendengar ucapan Bunga. Kinaya udah gak tahan, cukup sudah kesabarannya, hatinya begitu sakit. Tak terasa air matanya jatuh. Ia bergegas pergi tanpa memperdulikan seisi kelas yang menertawakannya. Ray muncul dibalik pintu, ia kanget melihat Kinaya menangis. Ray memperhatikan kelas ternyata ada Bunga. Ia jadi tahu pasti Bunga biang keladinya. Namun ia tidak mau memperdulikan Bunga, ia bergegas mencari Kinaya.
“Nay, Naya tunggu ! “ Ray berlari mengejar Kinaya. Ia menarik tangan Kinaya. Air mata kinaya begitu deras mengalir.
“Naya, maafin aku. Dia pasti gangguin kamu lagi”
“ Ray, aku capek ! Sangat capek Ray ! Aku gak bisa lagi, aku gak mampu. Aku udah coba dan aku gak bisa”
“Tapi Nay, kita masih bisa mengusahakannya kan ? sebentar lagi kita akan lulus dan kita gak perlu berurusan lagi dengan Bunga”
Kinaya menggeleng. Begitu sakit hati Kinaya diperlakukan seperti itu oleh Bunga. Selama Ia mencoba bersabar demi cintanya kepada Ray. Namun hasilnya nihil. Meskipun Ray anak yang baik, namun masih dihantui oleh tingkah Bunga, merupakan sesuatu yang berat baginya.
“ Maafin aku Ray, aku udah gak bisa lagi. Kamu baik banget ama aku Ray. Tapi aku udah gak kuat. Kita harus jalani hidup kita masing-masing”,
“ Kinaya jangan tinggalin aku gak bisa tanpa kamu”
“Yes you can ! Anggap saja kamu gak pernah ngenal aku “
“ Mudah banget kamu ngomong kayak gitu Naya. Kamu gak tahu bagaimana perasaanku sama kamu. Kamu gak tahu kalo aku suka sama kamu mulai pertama kali kita masuk kuliah. Kamu gak tahu seberapa besar rasa grogiku ketika kita bertemu. Kamu gak tahu, aku sengaja pacaran ama Bunga hanya untuk buat kamu cemburu. Tapi ternyata kamu gak ada respon sama sekali. Aku udah lama menunggumu Kinaya ! Menunggu moment yang tepat, namun kadang moment itu gak pernah berpihak pada kita !
” Ray terlihat begitu emosi. Kinaya tertegun mendengar pengakuan Ray. Kinaya sungguh gak tahu kalau ternyata udah lama Ray menyukainya. Ia lalu sadar ia memang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri ia gak  peka dengan keadaan disekelilingnya, termasuk keberadaan Ray. Ia tak tega membiarkan Ray bersedih namun disisi lain Ia sudah mengambil keputusan yang menurutnya terbaik.
“Maafin aku Ray. Semoga ini yang terbaik bagi kita berdua. Thank you for everything”
Kinaya pergi, meninggalkan Ray yang terduduk lesu melihat Kinaya meningalkannya. Ia begitu menyesal membiarkan ini semua terjadi, ia menyesal membuat Kinaya menunggu terlalu lama karena ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ray kini hanya bisa menyesali semuanya. Sebuah kisah cinta yang terlambat.
 
                                                                              ***

Masa-masa ujian akhir udah berlalu kini saatnnya wisuda bagi mahasiswa yang secara resmi telah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Harapan Bangsa. Berbagai persiapan dilakukan oleh para calon wisudawan/I termasuk Kinaya. Namun kelulusan ini tidak menjadi hal yang membahagiakan bagi Kinaya. Ia harus mengakhiri masa kuliah dengan perasaan sedih. Bukan karena meninggalkan kampus, namun karena kehilangan cinta pertamanya, Ray. Selama 1 bulan ia menghindari Ray. Ia sama sekali gak mau dihubungi lagi olehnya apalagi untuk bertemu. Sama seperti hari ini saat graduation day  ia sengaja mengajak orang tuanya untuk pulang cepat ia gak mau bertemu Ray. Ia hanya melihat Ray tadi secara sepintas. Beberapa temannya mengatakan bahwa ray mencarinya sejak tadi. Namun Kinaya hanya menjawab dengan tersenyum. Meskipun sejujurnya sebagian dari hatinya masih sangat membutuhkan Ray. “Selamat tinggal kampus, selamat tinggal Ray, selamat tinggal kenangan indah kita berdua” Kinaya menatap kampusnya itu dari dalam mobil yang perlahan-lahan berjalan meninggalkan kampus itu.
Kinaya sudah bulat memutuskan untuk pergi dari Indonesia, dan ikut kedua orang tuanya ke Australia yang akan menetap disana karena usaha kedua orang tuanya sangat berkembang di Australia. Ia juga bertekat untuk memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Ray lagi. Ia bertekat meninggalkan kehidupan lamanya. Kinaya yakin ia dan Ray akan bahagia meskipun sudah tidak bersama lagi. Beberapa menit lagi pesawat yang ia tumpangi bersama kedua orang tuannya akan meninggalkan Indonesia dan bertolak ke Australia. Ada perasaan aneh berkecamuk didalam diri Kinaya, rasanya ia gak ingin ninggalin Indonesia. Ia ingin Ray. . .
                                                                            ***

2 tahun berlalu, namun tidak menghasilkan apa-apa untuk Kinaya. Ia masih saja tidak bisa melupakan Ray. Ia sudah mencoba untuk menjalin relasi dengan pria-pria yang dikenalkan padanya tapi Ray selalu ada dipikirannya. Ternyata pikirannya selama ini salah besar. Ia berpikir meninggalkan Ray, meninggalkan semua kenangan mereka, adalah hal yang terbaik. Ia malah terkurung dalam penjara kerinduan yang begitu dalam kepada Ray. Tak ada hari yang dilewati Kinaya tanpa memikirkan Ray, yang selalu saja menari-nari diotaknya. Ternyata hal yang sama dialami oleh Ray. Ia sama sekali tidak bisa melupakan Kinaya,  ia memang saat ini sudah bekerja di perusahaan yang bagus, namun hati dan pikirannya tidak seluruhnya tercurah untuk pekerjaannya. Meskipun ia pekerja yang rajin dan ulet, Ray menjadi sosok yang tertutup dan pemurung. Ia masih mengharapkan Kinaya hadir menemaninya. Ia belum bisa membuka hatinya untuk orang lain, meskipun sudah 2 tahun berlalu saat Kinaya meninggalkannya. 


Suasana rumah membuat hati Kinaya sedikit lega, bisa lepas sedikit dari rutinitas bisnis yang ia geluti bersama orang tuanya. Dua hari yang lalu Kinaya kembali ke Indonesia, untuk mengurus bisnis mereka. Sebetulnya ia merasa senang juga karena mungkin ia bisa bertemu dengan Ray sekali saja, namun ia tidak berharap banyak, sempat saja Ray udah menemukan wanita lain dan mungkin sudah menikah. Selesai mengurus bisnis ia juga akan segera kembali ke Australia. “Mbak, aku mau jalan-jalan dulu ya, sumpek ni dirumah mulu”, katanya kepada si mbak yang lagi beres-beres ruang depan. Si mbak tersenyum mengiyakan. Segere Kinaya mengambil kunci mobil ia tak sabar mengelilingi kota dan mampir di café favoritnya. Suasana yang sama tidak ada perubahan ketika Kinaya menginjakkan kakinya di café ini. Hanya karyawannya aja yang nambah. Rintik hujan menemani Kinaya mencicipi makanan kesukaannya. Tiba-tiba pikiran tentang Ray muncul lagi. Semua kenangan tentang Ray muncul lagi. Kinaya menghela nafas panjang. “ Kuharap kamu disini Ray”, kata Kinaya dalam hati. Café udah mulai terlihat sepi, tak banyak orang yang datang, mungkin karena hujan yang semakin deras. Kinaya pun memutuskan untuk segera pulang. Ia merasa seperti orang bodoh seakan menunggu ray untuk datang saat ini, padahal ia juga tak tahu Ray sekarang ada dimana. Namun ia masih enggan untuk melangkahkan kakinya keluar dari café itu. “Naya ? Kinaya Adinda Putri ?” terdengar suara pria dari belakang Kinaya yang memanggil namanya. Sepertinya Kinaya tidak asing dengan suara itu. Ray ! Ray muncul dihadapan Kinaya. Kinaya memperhatikan sosok itu dari atas sampai bawah. Ia tidak Percaya ! “Ray ? Oh my God, This is you ? Kamu berubah Ray”, kata Kinaya takjub. Didepannya ia melihat sosok Ray yang begitu berbeda, ia semakin dewasa dengan cara berpakaiannya, dan yang pasti ia semakin cakep. “ Kamu juga Nay, kamu makin cantik dan anggun”, senyum Ray sambil duduk didepan Kinaya. Ya, senyum itu yang Kinaya rindukan, senyum itu yang selalu Kinaya cari-cari.
“ Sekarang kamu kerja apa ?”
“Aku arsitek Nay, di perusahaan teman ayahku”
“Oh pantesan, kamu terlihat hebat Ray”
“hahah betulkah ?”
“bagaimana kabar bunga ? apa dia masih sama kamu ?”
“Bunga udah lama nikah kali’. Yaa emang setelah kamu pergi dia masih ngarap sama aku. Tapi seiring berjalannya waktu ia jadi bosan sendiri dan memutuskan untuk pergi ke Kalimantan. Makanya jangan keasikan mulu dengan duniamu. Kasih kabar aja enggak, mentang-mentang udah di Aussie yang lama dilupain”
“heheh maafin aku. Hmm boleh aku bertanya sesuatu Ray ?”
“Boleh, apa itu ?”
Kinaya ragu-ragu untuk menanyakan hal ini pada Ray. Namun ia mencoba mengumpulkan seluruh keberaniannya, agar ia bisa mengahiri kisahnya dengan ending yang akan ditentukan oleh Ray sendiri.
“Engg aku mau nanya. Maaf ni. . .emmm apa . ka. . . kamu sudah menikah Ray ?”
Tidak ada jawaban dari Ray. Dia terdiam. Seperti hendak menyampaikan sesuatu . Kinaya menanti jawaban Ray dengan degup jantung yang luar biasa. Ray masih terdiam, membuat Kinaya makin tegang.
“ Aku. . . aku . . . sudah . . . sudah . . .membuang waktuku selama 2 tahun untuk menunggu seorang wanita pulang dari Aussie yangbegitu tega meninggalkan aku dan membiarkan aku menjadi setengah gila karena hidup tanpa dia. Aku menunggu dia sampai saat ini, dan berharap penantianku tidak sia-sia” Ray menatap mata Kinaya begitu dalam. Ada rasa kelegaan yang begitu besar menghampiri Kinaya mengetahui kalau Ray ternyata belum menikah, dan ia menunggunya. Sungguh laki-laki yang begitu istimewa dimata Kinaya.
“Maafin aku Ray. Aku salah. Aku terlalu egois. Aku pikir dengan meninggalkanmu itu akan menjadi jalan yang terbaik bagi kita berdua, agar kita bisa meraih kebahagiaan kita masing-masing namun aku salah. Aku malah terjebak dalam permainanku sendiri. Aku sangat merindukanmu Ray”, tak terasa air mata jatuh membasahi pipi Kinaya. Ray beranjak dari tempat duduknya, meraih tangan Kinaya dan berlutut dihadapannya.
“Aku tidak mau jadi lelaki pengecut lagi Nay, aku gak mau kesalahan dimasa lalu terulang kembali karena aku terlalu takut untuk meminta kepadamu, , will you marry me ?” Ray mengeluarkan cincin  dari dalam sakunya.
Kinaya begitu terkejut ia menyangkah sama sekali. Kejutan yang luar biasa dari Ray. Akhirnya Kinaya tahu bahwa Raylah orang yang sudah di takdirkan Tuhan untuknya.
“ I do . . . “ jawab Kinaya dengan linangan air mata. Ray memeluk Kinaya dengan erat. Hari ini Kinaya merasa menjadi orang paling beruntung sedunia. Ray orang yang membuatnya belajar akan apa arti pengorbanan dan kesetiaan. Ray membuatnya menjadi orang yang begitu spesial, yang bangga akan dirinya sendiri. Mereka pun meninggalkan café dengan tawa dengan penuh kelegaan. Ternyata pertemuan mereka sudah direncanakan dengan baik oleh kedua orang tua Kinaya. Mama Kinaya menghubungi Ray, dan memberitahukan bahwa Kinaya akan ke Jakarta. Sedangkan si mbak yang memberikan infosehingga Ray dan Kinaya dapat bertemu di café favorit Kinaya. Cinta memang luar biasa meskipun diawali dengan derai air mata, namun ketika kita sudah belajar akan arti cinta sejati yang sesungguhnya ia akan menjadi indah pada waktunya. Bersyukurlah karena Tuhan yang membuat semua menjadi baik adanya. 

                                                                              The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar